Kitab Alaa Laa Sya'ir Luru Ilmu - Ta'lim Muta'allim

SYA'IR "ALAA LAA"

Petikan Kitab Ta'lim al-Muta'allim

Mahlail Syakur Sf.





Biografi Singkat Imam Zarnuji
Nama lengkap Imam Zarnuji adalah Burhanuddin Ibrahim az-Zarnuji al-Hanafi. Ada yang menyebut namanya Tajuddin Nu‟man bin Ibrahim ibn Khalil az-Zarnuji sebagaimana yang ditulis oleh az-Zarkeli dalam Kitāb al-A‟lam. Kata az-Zarnuji” sendiri dinisbatkan pada suatu tempat bernama Zurnuj (dengan “u”) atau Zarnuj (dengan “a”), sebuah kota terkenal dekat sungai Oxus, Turki. Sedangkan
kata al-Hanafi merupakan nisbat nama madzhab yang dianut oleh Syekh az- Zarnuji, yakni madzhab Hanafi. Adapun dua gelar yang biasa melekat pada diri Syekh az-Zarnuji adalah Burhānuddin”, artinya bukti kebenaran agama dan Burhān al-Islam”, artinya bukti kebenaran Islam.
 
Tidak banyak data yang menginformasikan tentang kapan dan di mana kelahiran Imam Zarnuji. Menurut Wirianto (2013: 175), Syekh az-Zarnuji diyakini hidup dalam satu masa dengan beberapa ulama yang dinisbatkan pada Az-Zarnuji” (sebuah kota Zarnuj, Turki) lainnya. Disebutkan dalam Wikipedia bahwa Syekh az-Zarnuji dilahirkan di Zarnuj atau Zurnuj (kota terkenal
dekat sungai Oxus, Turkistan). Sementara menurut Maryati (2014: 31) mengutip pendapat
Muhammad Abdul Qodir Ahmad, menyatakan bahwa Syekh az-Zarnuji berasal dari daerah Afganistan. Hal tersebut sesuai pendapat Affandi (1990: 19) bahwa Syekh az- Zarnuji berasal dari sebuah kota Zarandji (salah satu daerah di wilayah Persia dan pernah menjadi ibu kota Sidjistan, sekarang Afganistan).
Pendapat lain menyatakan bahwa Syekh az-Zarnuji adalah seorang filosof Arab yang tidak diketahui pada masa kapan dia hidup (Nandya, 2013: 14). Ada pula yang menambahkan bahwaz-Zarnūji adalah seorang filosof Arab yang merupakan nama samaran. Menurut Ustman (1989: 175) membantah bila az-
Zarnūji merupakan nama filosof yang menggunakan nama samaran, karena pada masa tersebut tidak lazim menggunakan samaran. menurut Sutrisno (2015), ada pendapat yang meyakini bahwa Syekh az-Zarnuji hidup pada masa kerajaan Abbasiyah di Baghdad, namun kapan pastinya masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Al-Quraisyi menyebutkan bahwa Syekh az-Zarnuji hidup pada abad ke-13 masehi. Menurut Suryadi (2012: 53), Syekh az-Zarnuji adalah seorang tokoh pendidikan abad pertengahan yang berusaha memberikan solusi bagaimana pendidikan tidak hanya berorientasi pada
keduniawian, akan tetapi berorientasi pada akhirat.
Muztaba (2014: 26) mengutip pendapat Plessner menyatakan bahwa Syekh az-Zarnuji hidup antara abad 12 dan 13 masehi dan bermadzhab Hanafiyah. Yakni, sebuah aliran madzhab yang dinisbatkan kepada Imam Abu Hanifah. Adapun ciri utama madzhab ini adalah mengutamakan pikir (ra`yu) dan analogi (qiyās) di samping pedoman utama: al-Qur`an dan al-Hadits (al-Maududi, 1990: 285).
Madzhab tersebut menjadi pegangan umat Islam terutama di Turki dan India (Mamat, 2013: 2). Menurut Plessner sebagaimana dikutip Muztaba (2014: 26) bahwa nama Syekh az-Zarnuji sampai sekarang belum diketahui secara pasti, begitu pula karir dan kehidupannya. Bahkan kewafatan Imam Zarnuji pun juga belum diketahui secara pasti.
Namun Maryati (2014: 30) dengan mengutip pendapat para pakar menyebutkan dua pendapat mengenai kewafatan Imam Zarnuji, yaitu:  
Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa Imam Zarnuji wafat pada tahun 591 H/1191 M.
Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa Imam Zarnuji wafat pada tahun 640
H/1243 M.  
Berdasarkan data tersebut Maryati memberikan kesimpulan bahwa Syekh az-Zarnuji hidup pada akhir abad 12 dan awal abad 13, atau pada abad 13 itu sendiri, dimana diketahui bahwa masa itu merupakan masa kejayaan Islam sekaligus masa kehancuran Islam di wilayah Timur.
 
Tentang riwayat pendidikan Imam Zarnuji, Maryati (2014: 34) menerangkan bahwa Syekh az-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand (sebuah kota yang menjadi pusat keilmuan dan pengajaran). Mnurut Nizar (2000: 25), Syekh az- Zarnuji belajar kepada ulama besar pada masanya, antara lain: 
1. Burhanuddin Ali bin Abu Bakar al-Marghinani (w. 593H/1197M), yakni ulama besar madzhab Hanafi penyusun Kitāb Al-Hidāyah fī Furū‟ al-Figh;
2. Ruknul Islam Muhammad bin Abu Bakar (w. 573H/1177M), beliau adalah seorang 'ulama besar madzhab Hanafi, pujangga, penyair, dan mufti di Bukhara;  
3. Syaikh Hammad bin Ibrahim (w. 576H/1180M), yaitu seorang 'ulama dari madzhab Hanafi, sastrawan, dan ahli ilmu kalam;
4. Syaikh Fahruddin al-Khayani (w. 587H/1191M), seorang 'ulama ahli fikih madzhab Hanafi dan penyusun Kitāb Badā‟ius „Shanā‟i;  
5. Syaikh Fahruddin Qadhikhan al-Quzjandi (w. 592H/1196M), seorang mujtahid dalam madzhab Hanafi dan pengarang kitab; 
6. Ruknuddin al-Farghani (594H/1198M), seorang 'ulama ahli fikih dari madzhab Hanafi, pujangga, sastrawan sekaligus penyair. 

 

Kitab Ta'lim al-Muta'allim

Karya termasyhur Syekh az- Zarnuji yang paling terkenal dan mungkin satu-satunya adalah Kitāb Ta'līm al-Muta'allim fi Tharīq at-Ta'allum (تعليم المتعلّم في طريق التعلّم) yang menjelaskan tentang metode belajar bagi para pelajar.Berikut ini adalah salah satu versi tampilan kitab Ta'lim beserta syarahnya dari salah satu penerbit: 



Menurut Tholkhah dan Barizi (2004: 279), Kitāb Ta'līm al-Muta'allim ini menjadi pintu gerbang dalam belajar bagi para santri tingkat pemula sebagaimana Kitāb al-Jurumiyyah dan al-Amtsilah at-Tashrifiyyah untuk gramatika Bahasa Arab dan Kitāb Fath al-Qarīb yang biasa disebut Kitāb Taqrīb untuk fikih. Materi kitab ini sarat dengan muatan-muatan pendidikan moral spiritual yang jika direalisasikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tentu tujuan ideal dari pendidikan Islam dapat tercapai (Suryadi, 2012: 54).

Menurut Sutrisno (2015), Plessner pernah berpendapat bahwa kitab ini merupakan salah satu dari sekian banyak karya Syekh Zarnuji yang masih tersisa. Plessner menduga bahwa Syekh az-Zarnuji memiliki karya lain, tetapi banyak yang hilang karena serangan tentara Mongol pimpinan Hulagu Khan terhadap kota Baghdad pada tahun 1258 M. Menurut Said (1977: 17), Kitāb ini merupakan kontribusi tunggal Syekh Zarnuji dalam bidang pendidikan Islam.

 

Kitab "Alaa Laa" 

Kitab "Ala laa" yang beredar di masyarakat Indonnesia saat ini merupakan kitab yang berisi kumpulan sya'ir dari Sayyidina 'Ali kw. sebanyak tiga puluh tujuh syair berbahasa Arab yang terkumpul dalam Kitab Ta'lim al-Muta'allim karya tunggal Syekh az-Zarnujiy. Sya'ir-sya'ir ini dimulai dengan kata peringatan, yaitu alaa (ألا) yang berarti ingatlah atau ketahuilah.

Secara umum kumpulan sya'ir ini merupakan penggerak semangat (motivasi) belajar bagi para santri. Berisi himpunan tiga puluh tujuh syair berbahasa Arab tentang kiat-kiat sukses belajar, memilih teman, keutamaan ahli ilmu, dan dorongan untuk belajar. Bisa dikatakan kitab ini merupakan kitab motivasi penyemangat bagi santri.

Himpunan syair-syair tersebut bersumber dari kitab Ta’limul Muta’alilm karya Syekh Az Zarnuji.  Tampaknya kitab Alala ini ditujukan bagi santri pemula atau pelajar tingkat dasar. Bisa dikatakan kitab ini adalah kitab pendahuluan bagi santri pemula sebelum mereka mengaji kitab Ta’limul Muta’allim. Kitab ini ditulis secara terpisah dan di bawah syair-syair berbahasa Arab tersebut disertakan terjemah berbahasa Jawa dengan menggunakan huruf Arab Pegon. Sehingga bagi santri memahami isinya akan lebih mudah. 

Kitab tipis ini terdiri dari delapan halaman: satu halaman sampul dan tujuh halaman isi. Meski begitu, kandungan syair-syair kitab ini sangat besar manfaatnya untuk memberikan pondasi adab atau tata karma kepada santri. Selain itu, kitab ini juga bisa membangkitkan semangat juang santri dalam menuntut ilmu.

Karena kitab ini berupa syair dan sekaligus disertai terjemahnya, maka santri akan mudah menghafalkannya dengan cara didendangkan, dinyanyikan bersama-sama maupun sendirian. Karena mudah didedangkan atau dinyanyikan maka keuntungannya adalah santri cepat hafal teks arabnya dan artinya cepat dipahami. Pada sampul kitab tertulis nama kitab “Alala …”, dan juga tertulis diperuntukkan bagi santri Pesantren Agung Lirboyo Kediri.

 

Versi Kitab "Alaa Laa"

Kitab "Alaa Laa" yang diduga paling awal beredar adalah kitab yang dicetak dengan terjemah bahasa Jawa tanpa pengarang (author) tetapi terdapat keterangan dalam sampul di bawah judulnya "li-Ba'dli at-talamiidzi biFesantren Agung Lirbaya Kediri" (لبعض التلاميذ بفسانترين أكوع ليربيا كديري). Kitab ini dicetak oleh penerbit Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa-Awlaadih Surabaya. Cetakan ini tidak disertakan tahun terbit sebagaimana tertera pada gambar 1. 


Versi ini tidak jauh beda dari terbitan di atas,  tetapi nama penerbitnya lebih singkat, yaitu Maktabah  Ahmad Nabhan Surabaya sebagaimana tertera di bawah ini. 



Versi lainnya adalah kitab yang dicetak dengan judul "Alaa Laa Mawi Ma'na Gandhul lan Terjemah Jawi" yakni cetakan yang disertai dengan makna gandhul dalam bahasa Jawa. Cetakan kitab Alaa Laa versi ini mencantumkan nama pengarangnya, yaitu al-Ustadz Shalih Tuban Jawa Timur. Adapun penerbitnya adalah Manba' al-Huda.


Tampilan isinya seperti berikut ini: 



Kitab ini juga dicetak dengan judul lainnya, yakni "Nadhm al-Akhlaaq Alaa Laa Tanaalul 'ilma illaa bisittah" (نظم الأخلاق ألا لا تنال العلم إلا بستة). Nampaknya kitab disusun untuk lingkungan sendiri sebagaimana diketahui di bawah judul terdapat keterangan "Pelajaran Madarasah Hidayatul Mubtadi`in Pondok Pesantren Lirboyo Kediri" yang ditulis dengan huruf Arab Pegon "فلاجاران مدرسة هداية المبتدئين فسانترين ليربيا كديري". Kitab terbitan Hidayatul Mubtadi`in ini tidak mencantumkan nama penulisnya sebagai tertera dalam gambar berikut ini. 


Tampilan isinya sudah menggunakan teknologi modern, yakni dengan ketik menggunakan komputer seperti terlihat pada gambar berikut ini: 



Versi lainnya adalah terbitan dengan judul "Alaa Laa Tanaalul 'Ilma illaa bi-Sittah Tarjamahaa bil-Jaawiyyah"


 

Versi terakhir merupakan versi cetakan yang menyebutkan penulisnya, yaitu Muhammad Abu Basyir ad-Dimawi (Demak) dan Muhammad Hasanuddin Hafid al-Marhum al-Haj Masyhadi Pekalongan. Dua nama terakhir kemungkinan penerjemah nadzam Alala tersebut. Berikut ini tampilannya:


 

 ********* Demikian dan sebuah bermanfa'at bagi kita semua. 


Ditulis oleh MS2F (Dosen FAI Unwahas, Ketua LTN PWNU Jawa Tengah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Amalan Rebo Wekasan

Rebo Wekasan Perspektif Syekh AbdulHamid - Kang Syakur

Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa-Tribun Jateng